Poso – Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) menggelar kegiatan peninjauan hasil implementasi program literasi bahasa daerah di Kabupaten Poso. Langkah ini merupakan bagian dari upaya pelestarian bahasa dan budaya lokal, sekaligus mendorong generasi muda agar lebih mengenal serta menggunakan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan yang berlangsung pada awal pekan ini melibatkan sejumlah sekolah, komunitas literasi, dan tokoh adat setempat. Tim Balai Bahasa Sulteng turun langsung ke lapangan untuk melihat sejauh mana penerapan literasi bahasa daerah yang sebelumnya telah diperkenalkan melalui pelatihan dan program pendampingan.
Fokus pada Pendidikan dan Penguatan Budaya Lokal
Kepala Balai Bahasa Sulteng, dalam sambutannya, menegaskan bahwa pelestarian bahasa daerah adalah salah satu misi penting lembaga tersebut. Menurutnya, bahasa daerah bukan sekadar alat komunikasi, melainkan juga identitas dan kekayaan budaya yang harus diwariskan kepada generasi berikutnya.
“Di tengah arus globalisasi, bahasa daerah berpotensi tergerus jika tidak dilestarikan. Program literasi ini kami harap bisa menjadi jembatan antara generasi tua dan muda untuk terus menuturkan bahasa daerahnya,” ujarnya.

Baca juga: Lolos Seleksi Terbuka, Tiga Calon Sekda Touna Masuk Tahap Uji Publik
Peninjauan ini memantau berbagai aspek, mulai dari penggunaan bahasa daerah dalam kegiatan belajar mengajar, ketersediaan bahan ajar, hingga antusiasme siswa dan guru dalam mengembangkan kreativitas melalui bahasa daerah.
Antusiasme Siswa dan Guru
Sejumlah guru di Poso mengaku senang dengan adanya program ini. Tidak hanya berupa buku, tetapi juga media digital dan audio-visual yang memudahkan anak-anak memahami kosa kata, ungkapan, dan cerita rakyat setempat.
“Siswa terlihat antusias.
Peran Tokoh Adat dan Komunitas Literasi
Sementara itu, komunitas literasi membantu mengadakan lomba menulis cerita pendek dan puisi dalam bahasa daerah, yang pesertanya berasal dari kalangan pelajar.
“Bahasa adalah jiwa kebudayaan. Kalau hilang bahasanya, hilang pula sebagian jati diri kita,” ujar salah satu tokoh adat yang ikut mendampingi kegiatan tersebut.
Harapan ke Depan
Wisatawan yang datang tidak hanya menikmati panorama alam Poso, tetapi juga merasakan kekayaan bahasa dan cerita rakyatnya.
“Bahasa daerah adalah warisan yang tak ternilai. Kita semua punya tanggung jawab untuk menjaganya tetap hidup,” tutup Kepala Balai Bahasa Sulteng.





