Alarm Kesehatan di Sulawesi Tengah: Kasus AIDS dan TBC Terus Meningkat, Pemerintah Diminta Bertindak Cepat
Palu, Sulawesi Tengah – Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) kini menghadapi tantangan serius di bidang kesehatan masyarakat. Dua penyakit menular berbahaya, yakni AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) dan Tuberkulosis (TBC), menunjukkan tren peningkatan yang mengkhawatirkan sepanjang tiga tahun terakhir.
Data terbaru dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng mencatat peningkatan signifikan jumlah kasus dan angka kematian akibat kedua penyakit ini, yang menjadi ancaman nyata bagi masyarakat, terutama kelompok usia produktif.
Tren Peningkatan Kasus: Lonjakan AIDS dan TBC Tak Terbendung
Kasus AIDS:
-
696 kasus pada 2023, meningkat menjadi
-
702 kasus di tahun 2024, dan
-
336 kasus baru tercatat hanya dalam lima bulan pertama tahun 2025.
Yang lebih mencemaskan, jumlah kematian akibat AIDS juga naik tajam:
-
157 jiwa meninggal dunia pada 2023,
-
73 jiwa di tahun 2024, dan
-
Sudah 28 orang meninggal hingga Mei 2025.
Kasus TBC:
-
7.963 kasus tercatat pada 2023,
-
Meningkat menjadi 8.272 kasus pada 2024, dan
-
4.085 kasus baru sudah tercatat hingga Mei 2025.
Dari data ini, terlihat bahwa baik AIDS maupun TBC masih menjadi dua penyakit menular paling mematikan di Sulteng, dengan kecenderungan terus meningkat setiap tahunnya.
Faktor Penyebab: Pengetahuan Minim, Akses Layanan Terbatas
Peningkatan kasus ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor:
-
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pencegahan HIV dan TBC,
-
Masih adanya stigma sosial terhadap penderita,
-
Terbatasnya akses terhadap layanan kesehatan terpadu, terutama di wilayah terpencil,
-
Serta rendahnya partisipasi tes dini, baik HIV maupun skrining TBC.
Banyak penderita datang ke fasilitas kesehatan saat sudah berada di stadium lanjut, sehingga peluang sembuh semakin kecil dan potensi penularan ke orang lain semakin tinggi.
Pemerintah dan Lembaga Kesehatan Bergerak
Merespons situasi ini, Pemerintah Provinsi Sulteng telah membentuk Tim Percepatan Pengendalian TBC dan Koalisi Organisasi Profesi yang bertugas hingga tahun 2026. Di sisi lain, upaya penanggulangan AIDS juga terus dilakukan melalui edukasi, pendampingan, dan peningkatan layanan VCT (Voluntary Counseling and Testing).

Baca juga: Janji Politik Terpenuhi, Bupati Parimo Perpanjang Kontrak PPPK Jadi 5 Tahun
Selain itu, digelar pula Lokakarya Integrasi Kebijakan ATM (AIDS, TBC, dan Malaria) yang mempertemukan lintas sektor—mulai dari Dinas Kesehatan, Bappeda, hingga organisasi masyarakat sipil—guna menyusun strategi terpadu dan langkah-langkah konkret.
“Kita tidak bisa bekerja sendiri. Harus ada kolaborasi antarlembaga, masyarakat, dan media. Ini adalah masalah serius dan menyangkut masa depan generasi muda,” kata salah satu pejabat Dinas Kesehatan Sulteng.
Perempuan dan Remaja Paling Rentan Terpapar
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa usia produktif (15–49 tahun), terutama remaja dan perempuan, menjadi kelompok paling rentan terhadap HIV/AIDS dan TBC. Banyak di antara mereka yang tidak menyadari dirinya telah terinfeksi, sehingga tidak mendapatkan penanganan tepat waktu.
Program edukasi kesehatan yang menyasar sekolah, tempat ibadah, dan komunitas masyarakat mulai diintensifkan untuk meningkatkan kesadaran sejak dini.
Langkah-Langkah Strategis yang Didorong
Pakar dan pegiat kesehatan mendorong agar pemerintah mengambil langkah-langkah strategis sebagai berikut:
-
Perkuat deteksi dini dan skrining massal secara rutin di puskesmas dan rumah sakit.
-
Integrasi pengobatan HIV dan TBC untuk pasien dengan infeksi ganda (co-infection).
-
Pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi secara terbuka di sekolah dan lingkungan kerja.
-
Penghapusan stigma terhadap penderita melalui kampanye publik yang lebih masif.
-
Peningkatan anggaran kesehatan, khususnya untuk daerah-daerah terpencil.
Kesimpulan: Darurat Kesehatan yang Tak Bisa Diabaikan
Peningkatan kasus AIDS dan TBC di Sulawesi Tengah bukan sekadar data, tetapi peringatan nyata bahwa sistem kesehatan masyarakat membutuhkan perhatian dan perbaikan serius. Dengan tindakan cepat, sinergi multisektor, dan dukungan publik, Sulteng masih punya harapan besar untuk menekan laju penyebaran penyakit mematikan ini.
“Jangan biarkan angka-angka ini terus naik tanpa respon. Saatnya kita bergerak bersama—sekarang juga.”