Wawasan Poso – Pemerintah Kota Palu terus berupaya mencari solusi jangka panjang dalam mengatasi persoalan sampah yang kian menumpuk. Salah satu langkah konkret yang tengah digarap adalah rencana pengolahan sampah menjadi energi biogas. Program ini mendapatkan dukungan penuh dari Pemerintah Jepang, yang akan membantu melalui studi kelayakan (feasibility study) sebelum tahap implementasi.
Tantangan Sampah di Palu
Data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Palu mencatat bahwa produksi sampah di ibu kota Sulawesi Tengah itu mencapai lebih dari 250 ton per hari. Tingginya volume sampah, ditambah keterbatasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA), membuat pengelolaan menjadi semakin mendesak untuk ditangani dengan cara yang lebih modern.
“Jika tidak ada terobosan, masalah sampah akan menjadi bom waktu bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat,” ujar Kepala DLH Palu, Irwan Latingi, Jumat (13/9/2025).
Kerja Sama dengan Jepang
Dukungan Jepang datang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA), yang akan menurunkan tim ahli untuk melakukan studi kelayakan terkait potensi pengolahan sampah menjadi energi biogas. Studi ini akan mencakup analisis volume sampah organik, teknologi yang sesuai, hingga model bisnis yang dapat diterapkan.
“Jepang punya pengalaman panjang dalam mengolah sampah menjadi energi terbarukan. Kami berharap kerja sama ini bisa menghadirkan solusi nyata untuk Kota Palu,” kata Perwakilan JICA Indonesia, Kenji Tanaka.

Baca juga: 3 Tersangka Kasus Korupsi Perumda Palu Dijerat Pasal Tipikor
Potensi Energi dari Sampah
Sampah organik yang mendominasi timbulan sampah Palu dinilai sangat potensial untuk dikonversi menjadi biogas. Energi yang dihasilkan nantinya dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif, baik untuk kebutuhan rumah tangga, transportasi, maupun pembangkit listrik skala kecil.
“Selain mengurangi timbunan sampah, biogas juga bisa menjadi sumber energi ramah lingkungan dan membantu mengurangi emisi karbon,” jelas Tanaka.
Komitmen Pemkot Palu
Wali Kota Palu, Hadianto Rasyid, menyambut baik dukungan Jepang tersebut. Ia menegaskan bahwa program ini sejalan dengan visi Palu sebagai kota yang bersih, hijau, dan berkelanjutan.
“Kami berkomitmen mendukung penuh kerja sama ini. Pemerintah akan menyiapkan regulasi, lahan, dan fasilitas pendukung agar pengolahan sampah menjadi energi bisa berjalan lancar,” ujarnya.
Harapan Masyarakat dan Aktivis Lingkungan
Sejumlah aktivis lingkungan di Palu turut mengapresiasi langkah ini. Menurut mereka, pengolahan sampah menjadi energi bukan hanya solusi teknis, tetapi juga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memilah dan mengurangi sampah.
“Selama ini masyarakat masih menganggap sampah hanya barang buangan. Dengan adanya program ini, sampah bisa bernilai ekonomis,” kata Lina Rukmana, aktivis lingkungan Palu Hijau.
Langkah Selanjutnya
Studi kelayakan diperkirakan akan berlangsung selama enam bulan ke depan. Setelah itu, hasil kajian akan menjadi dasar keputusan apakah proyek pengolahan sampah menjadi energi biogas dapat segera diimplementasikan di Kota Palu.
“Jika hasilnya positif, Palu bisa menjadi kota percontohan pengolahan sampah modern di Indonesia Timur,” pungkas Hadianto.